Baru-baru ini (Reuters) - Kepala negosiator Jepang mengatakan kepada Reuters bahwa perjanjian limbah plastik PBB yang diusulkan harus mempertimbangkan untuk memberlakukan pembatasan pada plastik yang paling bermasalah.Ini adalah pertama kalinya negara tersebut menyatakan dukungannya untuk membatasi produksi plastik.
Penelitian menunjukkan bahwa produksi plastik harus dibatasi untuk mengendalikan peningkatan tajam polusi plastik, yang menyumbat saluran air, menjarah laut, dan membunuh satwa liar.Namun, langkah-langkah ini diperkirakan akan menghadapi perlawanan dari Jepang dan produsen utama produk plastik dan petrokimia lainnya.
Putaran pertama negosiasi perjanjian akan diadakan di Uruguay minggu ini, dan perjanjian tersebut - yang digambarkan oleh PBB sebagai perjanjian hijau terpenting sejak Perjanjian Iklim Paris - diharapkan akan selesai pada tahun 2024.
"Kita perlu melihat produksi plastik, jika (plastik) ini tidak diperlukan atau ada alternatif yang ramah lingkungan," kata Hiroshi Ono dalam diskusi panel di pertemuan Reuters NEXT.
Ono menambahkan bahwa mikroplastik dan plastik yang mengandung "aditif berbahaya" yang sulit didaur ulang adalah salah satu bahan yang harus diatur dalam perjanjian tersebut.
Namun, dalam kelompok yang sama, Stewart Harris, seorang pelobi dari American Chemical Council, memperingatkan bahwa setiap langkah untuk membatasi produksi plastik dapat menjadi kontraproduktif.
"Kita perlu mengingat nilai luar biasa yang diberikan plastik kepada masyarakat, apakah itu menyediakan air minum bersih... atau memastikan makanan sampai ke tangan konsumen," kata Harris.
"Jika kita membatasi produksi, akan ada konsekuensi besar yang tidak terduga.
Diperkirakan produksi plastik akan berlipat ganda dalam 20 tahun, dan jumlah sampah plastik yang mengalir ke lautan dunia diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat selama periode ini.
Sebuah studi penting oleh Pew Charitable Trust pada tahun 2020 menemukan bahwa memperluas skala daur ulang global sangat penting untuk mengatasi limbah plastik, tetapi upaya ini tidak akan mencegah polusi plastik terus berkembang tanpa batasan produksi.
“Kita perlu mematikan keran dan mengurangi produksi plastik, sehingga kita dapat mengambil pendekatan ekonomi sirkular terhadap plastik yang beredar saat ini,” kata Jodie Roussell, kepala urusan publik global untuk pengemasan dan pembangunan berkelanjutan di Nestle (NESN ).S) Beri tahu grup.
Raksasa makanan dan minuman Swiss adalah salah satu dari beberapa merek besar yang menyerukan pengurangan produksi plastik asli untuk mendukung pasar bahan daur ulang dan mempromosikan transisi ke kemasan yang dapat digunakan kembali.
Menurut sebuah laporan yang dirilis awal bulan ini, produsen barang konsumsi besar, termasuk Nestle, tampaknya tidak dapat mencapai tujuan membuat kemasan plastik lebih berkelanjutan pada tahun 2025.